Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

๐Ÿ•ต️‍♂️Negeri yang Menjual Warganya Lewat Data

Gambar
 “Kita tidak lagi dijajah dengan senjata,tapi dengan syarat dan ketentuan yang tidak kita baca.” — Refleksi Dicki Lesmana  ๐ŸŒ Dunia Sudah Berubah — Tapi Kita Masih Nyenyak Tidur Dulu, penjajahan datang lewat kapal. Sekarang, ia datang dalam bentuk pop-up notifikasi. Dulu, kita dipaksa menyerahkan tanah. Sekarang, kita menyerahkan pikiran dan kebiasaan kita secara sukarela. Tanpa sadar, kita bukan lagi rakyat. Kita adalah produk . Kita adalah angka di sistem global. Dan kini, konon pemerintah sedang membuka pintu itu lebar-lebar ke Amerika Serikat. ๐Ÿ‡บ๐Ÿ‡ธ Apa yang Terjadi Sebenarnya? Dalam sebuah negosiasi dagang, Indonesia dan Amerika dikabarkan menyepakati “transfer data pribadi.” Bahasanya sopan. Tapi maknanya dalam: ➡️ Data rakyat Indonesia — kamu, aku, kita semua — bisa diproses, dianalisis, dan dikendalikan dari luar negeri. Pertanyaannya: Kenapa harus Amerika yang  pegang? ๐Ÿ” Kenapa Mereka Mau Data Kita? Karena hari ini , data lebih mahal dari emas. Data menentukan...

๐Ÿ“š Sekolah Tempat Belajar atau Pabrik Disiplin?

Gambar
 ๐Ÿซ Mengapa Sekolah Terasa Mencekik? Setiap pagi, jutaan anak di dunia masuk ke gedung yang mereka sebut "sekolah". Mereka duduk rapi, diam, mendengar, mencatat, menghafal, dan diuji. Mereka dipaksa belajar hal yang sama, dengan cara yang sama, untuk tujuan yang sering mereka tak pahami. Apakah ini pendidikan? Atau… hanya pelatihan ketaatan massal yang dibungkus rapi dengan nama "ilmu pengetahuan"? ๐Ÿ—️ Asal-Usul Sistem Sekolah Modern Sistem sekolah yang kita kenal hari ini tidak tumbuh dari cinta ilmu pengetahuan, melainkan dari kebutuhan industrialisasi. ๐Ÿ”น Prusia (Jerman) – Abad ke-18 Negara pertama yang menerapkan sekolah wajib, dengan tujuan: Membentuk warga negara yang taat pada negara dan gereja. Menciptakan tentara dan pekerja yang disiplin dan homogen. ๐Ÿ”น Amerika Serikat – Awal Abad ke-20 Tokoh seperti Horace Mann dan Frederick T. Gates (penasihat Rockefeller) mengadopsi sistem Prusia untuk Amerika. ๐Ÿ’ฐ Rockefeller dan Pendidikan Sebagai Investasi Kekuasaa...

๐Ÿ›️ Dongeng Sebelum Tidur

 ๐Ÿ–‹️ Oleh Dicki Lesmana " Manusia modern terlalu sibuk mengejar esok, sampai lupa siapa dirinya hari ini." Begitulah dongeng ini dimulai—bukan dari negeri ajaib, tapi dari kamar sempit seorang pemuda yang tak bisa tidur. Ia menatap layar ponsel yang tak kunjung mati, berharap notifikasi bisa mengisi kekosongan dalam pikirannya. Ia tidak dikejar monster. Ia dikejar ekspektasi. Dahulu kala, anak-anak meminta dongeng tentang naga, sekarang, orang dewasa mendongengkan dirinya sendiri: bahwa besok akan lebih baik, bahwa kerja keras tak akan sia-sia, meski kenyataan kadang lebih dingin dari bantal kapuk tua. Apakah kita hidup untuk bahagia, atau hanya untuk bertahan? Filsuf Yunani pernah berkata: “Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang sia-sia.” Tapi bagaimana bisa merenung, jika setiap malam hanya ada tagihan yang tak dibayar, deadline yang mendekat, dan notifikasi yang tak pernah selesai? ๐Ÿ“– Dongeng Tanpa Akhir Dalam dunia yang serba cepat, manusia tak lagi tidur untuk ...

๐Ÿ“ฆ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Tarif Indonesia–Amerika: Cermin Perdagangan atau Cermin Kepentingan?

Gambar
Ketika kekuasaan bertanya: berapa untungnya?, filsafat menjawab: apa maknanya bagi manusia? ๐ŸŒ Dunia yang Bergerak, Tarif yang Menekan Amerika Serikat, sebagai pusat gravitasi ekonomi global, baru-baru ini mengkaji ulang skema tarif impor untuk berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Di tengah arus perang dagang dan proteksionisme baru, keputusan ini dapat mengguncang struktur perdagangan dunia yang selama ini dibangun di atas retorika "kerja sama". Salah satu sektor yang paling terdampak adalah industri tekstil dan produk kayu Indonesia, yang sebelumnya mendapat perlakuan istimewa berupa bebas tarif (duty-free) di bawah skema Generalized System of Preferences (GSP). Kini, beberapa produk tersebut dikenakan tarif kembali sebesar: Produk Ekspor Indonesia Tarif Baru AS Tarif Sebelumnya Tekstil dan Garmen 12% - 20% 0% (GSP) Produk Kayu Olahan 8% - 15% 0% (GSP) Produk Karet & Furnitur 5% - 10% 0% (GSP) ๐Ÿ” Apakah Indonesia Dirugikan? Secara kasat mata, tentu. Biaya mas...

๐ŸŒ Dongeng Sejarah Ekonomi Dunia

Gambar
 ๐Ÿ“œ Prolog: Dunia Sebelum Ekonomi Dahulu kala, sebelum dunia mengenal uang, manusia hidup dari barter. Seorang petani menukar sekarung gandum demi seekor kambing, tapi... bagaimana jika si pemilik kambing sedang tidak butuh gandum? Masalah itu memunculkan pertanyaan besar. Bagaimana cara manusia mengatur kebutuhan, kekayaan, dan kehidupan secara adil? Dari sinilah kisah panjang ekonomi bermula. ๐Ÿ›️ Siapa yang Menciptakan Kata Ekonomi? Asal kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani kuno: Oikos berarti "rumah tangga" Nomos berarti "aturan" atau "manajemen" Gabungan keduanya membentuk kata: Oikonomia , yang berarti pengelolaan rumah tangga . Tokoh besar seperti Aristoteles membahasnya ribuan tahun lalu. Bagi mereka, ekonomi bukan hanya soal uang, tapi seni mengatur kehidupan agar seimbang. Jadi, bisa dikatakan bahwa bangsa Yunani Kuno, khususnya Aristoteles, adalah pencipta awal konsep dan kata ekonomi. ๐Ÿบ Bangkitnya Peradaban Ekonomi Awal Di Mesopotamia da...